Jumat, 18 September 2015

Waktu

       Saat ini atau nanti, waktu akan memberikan jawaban terbaiknya.

       Aku selalu percaya bahwa segala hal memiliki waktu. Seperti pelangi yang terkadang datang lebih dulu sebelum hujan turun, atau justru muncul jauh setelah hujan sudah berhenti, begitu lama.

       Ya, menikah bukan perkara membuat pesta besar-besaran dan merasakan kebahagiaan di hari itu. Bukan. Tidak pernah sesederhana itu, menurutku. Menikah bukan hanya tentang menyandang status baru, memiliki teman tidur, bulan madu. Bukan. Tidak pernah sesederhana itu.
       Menikah dengan orang yang kamu anggap tepat, awalnya, bisa jadi dikemudian hari kamu menyesali keyakinanmu tersebut. Pernahkah terbayangkan sebelumnya? Setelah menikah orang yang kamu bilang tampan dan sempurna itu mendengkur saat tidur. Atau yang kamu bilang paling lembut dan baik hati itu justeru jadi orang yang paling sering menyakiti hatimu dengan kata-kata “kasar”nya. Siapa yang tau?
       Menikah dengannya artinya kamu siap untuk membangun cinta ketika kamu rasa menyerah atau siap untuk berkali-kali patah hati pada orang yang sama. Selamanya. 

     Jika ditanya apakah sudah siap? Jawaban masih sama, selalu; belum.

     Dan, waktulah yang paling bijaksana, tau kapan kesiapan itu ada.

Sabtu, 12 September 2015

kota kenangan

kembali aku menapaki kota kelahiranku. sejak aku memutuskan merantau enam tahun silam. ada banyak rasa yang sulit aku ungkapkan. ah, rasanya baru kemarin ketika aku masih main karet dengan teman sebayaku. atau main selodor. atau main ta jongkok. sesekali aku ikut serta main teprak yang selalu di akhiri dengan teriakan mamah.
ya, mamah, perempuan yang 17 tahun merawatku, mengasihiku, memberiku banyak pelajaran tentang hidup dan tentu saja menghujaniku dengan omelan dan cinta
 "jangan main lari-larian sm loncat-loncatan nanti sakit!" pekiknya suatu sore. aku mengangguk. memperhatikan yang lain bermain.
ah, rasanya baru kemarin aku ikut serta menangkap belut tiap tahunnya. atau jadi penonton yang berdiri paling depan menyoraki, memberi semangat om-ku merayapi batang pinang. sesekali mencuri waktu ikut nimbrung dengan teman-teman seusiaku di kala senja yang tentu saja tak berapa lama akan terdengar teriakan perempuan memanggilku untuk segera pulang. ya, mamah.
ah, rasanya baru kemarin.
setiap aku melangkah, selalu ada kenangan yang memaksa disapa.
aku masih berjalan. mengelilingi kota kecilku. kota masa kecilku~
sampai pada suatu titik aku tersadar. berhenti. menghela napas, panjang. mungkin setelah hari ini, semua akan berbeda. cerita akan berubah. mungkin bukan hanya mamah yang kini pergi meninggalkan aku sendiri. tapi juga kotaku yang kini tak lagi ku kenali.